Mukjizat Al Quran, Ramalan yang Terbukti




Alqur'an selalu fenomenal, bukan hanya isinya yang merupakan mukjizat terbesar, bahkan para musuh kitab ini sampai saat ini juga selalu melakukan serangan dan kritikan, tentu saja karena rasa iri karena kitab sucinya sendiri tak sesakti Alquran. Coba saja perhatikan beberapa kejadian pemalsuan Alqur'an, Rencana Pembakaran Al-Qur’an dan lainnya.
 
Keajaiban Al-Quran dalam meramalkan, maksudnya firman yang saat alquran diturunkan belum terbukti dan kini sudah terbukti banyak yang terjadi. Berita yang disampaikan Al Qur'an tentang peristiwa masa depan ditemukan dalam ayat pertama Surat Ar-Ruum, yang merujuk pada Kekaisaran Bizantium, wilayah timur Kekaisaran Romawi. Dalam ayat-ayat ini, disebutkan bahwa Kekaisaran Bizantium telah mengalami kekalahan besar, tetapi akan segera memperoleh kemenangan.
 
Alif, Lam, Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi, di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang, dalam beberapa tahun (lagi). Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). (Al Qur'an, 30:1-4)
 
Ayat ini diturunkan kira-kira pada tahun 620 Masehi, hampir tujuh tahun setelah kekalahan hebat Bizantium Kristen di tangan bangsa Persia, ketika Bizantium kehilangan Yerusalem. Kemudian diriwayatkan dalam ayat ini bahwa Bizantium dalam waktu dekat menang. Padahal, Bizantium waktu itu telah menderita kekalahan sedemikian hebat hingga nampaknya mustahil baginya untuk mempertahankan keberadaannya sekalipun, apalagi merebut kemenangan kembali.
 
Tidak hanya bangsa Persia, tapi juga bangsa Avar, Slavia, dan Lombard menjadi ancaman serius bagi Kekaisaran Bizantium. Bangsa Avar telah datang hingga mencapai dinding batas Konstantinopel. Kaisar Bizantium, Heraklius, telah memerintahkan agar emas dan perak yang ada di dalam gereja dilebur dan dijadikan uang untuk membiayai pasukan perang.

Banyak gubernur memberontak melawan Kaisar Heraklius dan dan Kekaisaran tersebut berada pada titik keruntuhan. Mesopotamia, Cilicia, Syria, Palestina, Mesir dan Armenia, yang semula dikuasai oleh Bizantium, diserbu oleh bangsa Persia. (Warren Treadgold, A History of theByzantine State and Society, Stanford University Press, 1997, s. 287-299.)
 
Pendek kata, setiap orang menyangka Kekaisaran Bizantium akan runtuh. Tetapi tepat di saat seperti itu, ayat pertama Surat Ar-Ruum diturunkan dan mengumumkan bahwa Bizantium akan mendapatkan kemenangan dalam beberapa tahun lagi.

Kemenangan ini tampak sedemikian mustahil sehingga kaum musyrikin Arab menjadikan ayat ini sebagai bahan cemoohan. Mereka berkeyakinan bahwa kemenangan yang diberitakan Al Qur'an takkan pernah menjadi kenyataan.


 
Sekitar tujuh tahun setelah diturunkannya ayat pertama Surat Ar-Ruum tersebut, pada Desember 627 Masehi, perang penentu antara Kekaisaran Bizantium dan Persia terjadi di Nineveh. Dan kali ini, pasukan Bizantium secara mengejutkan mengalahkan pasukan Persia.

Beberapa bulan kemudian, bangsa Persia harus membuat perjanjian dengan Bizantium, yang mewajibkan mereka untuk mengembalikan wilayah yang mereka ambil dari Bizantium. (Warren Treadgold, A History of the Byzantine State and Society, Stanford University Press, 1997, s. 287-299.).

Akhirnya, kemenangan bangsa Romawi yang diumumkan oleh Allah dalam Al Qur'an, secara ajaib menjadi kenyataan.
 
Keajaiban lain yang diungkapkan dalam ayat ini adalah pengumuman tentang fakta geografis yang tak dapat ditemukan oleh seorangpun pada masa itu.
 
Dalam ayat ketiga Surat Ar-Ruum, diberitakan bahwa Romawi telah dikalahkan di daerah paling rendah di bumi ini. Ungkapan "Adnal Ardhi" dalam bahasa Arab, diartikan sebagai "tempat yang dekat" dalam banyak terjemahan. Namun ini bukanlah makna harfiah dari kalimat tersebut, tetapi lebih berupa penafsiran atasnya.

Kata "Adna" dalam bahasa Arab diambil dari kata "Dani", yang berarti "rendah" dan "Ardhi" yang berarti "bumi". Karena itu, ungkapan "Adnal Ardli" berarti 'tempat paling rendah di bumi'.
 
Yang paling menarik, tahap-tahap penting dalam peperangan antara Kekaisaran Bizantium dan Persia, ketika Bizantium dikalahkan dan kehilangan Jerusalem, benar-benar terjadi di titik paling rendah di bumi. Wilayah yang dimaksudkan ini adalah cekungan Laut Mati, yang terletak di titik pertemuan wilayah yang dimiliki oleh Syria, Palestina, dan Jordania.

Laut Mati, terletak 395 meter di bawah permukaan laut, adalah daerah paling rendah di bumi. Ini berarti bahwa Bizantium dikalahkan di bagian paling rendah di bumi, persis seperti dikemukakan dalam ayat ini.
 
Hal paling menarik dalam fakta ini adalah bahwa ketinggian Laut Mati hanya mampu diukur dengan teknik pengukuran modern. Sebelumnya, mustahil bagi siapapun untuk mengetahui bahwasanya ini adalah wilayah terendah di permukaan bumi.

Namun, dalam Al Qur'an, daerah ini dinyatakan sebagai titik paling rendah di atas bumi. Demikianlah, ini memberikan bukti lagi bahwa Al Qur'an adalah wahyu Ilahi.(gph-blog.blogspot.com)
Continue Reading | komentar

Tranplantasi Kepala Jadi Kenyataan

Ada yang pernah dengar ilmu Rawa Rontek (kepala-putus) ? Ilmu tingkat tinggi ini konon dikuasai oleh Pitung, sang pendekar legenda Betawi. Ia kebal segala senjata, walau kepalanya terpenggal masih bisa tersambung dan hidup lagi. 

Kalau kesaktian semacam itu berbau mistis, tapi tidak bagi ilmu kedokteran dewasa ini. Kabar mengejutkan datang dari Italia. Sebuah proyek yang disebut HEAVEN mengumumkan dalam sebuah jurnal Surgical Neurology International, penyambungan atau transplantasi kepala pada manusia semakin mendekati kenyataan.

Ilustrasi artis menggambarkan bila transplantasi kepala jadi kenyataan, bukan tak mungkin menghidupkan kembali presiden dunia yang telah mati


Dalam jurnal disebutkan Dr Sergio Canavero menguraikan prosedur untuk mengambil kepala dari donor dan menanamkannya ke tubuh orang lain. Langkah ini melibatkan induksi hipotermia dan memotong syaraf sumsum tulang belakang dengan 'pisau ultra-tajam', sehingga dapat menyatu dengan sumsum tulang belakang donor.

"Hal ini, tentu saja, benar-benar berbeda dari apa yang terjadi dalam cedera tulang belakang klinis, di mana kerusakan dan jaringan parut menghambat regenerasi," tulis Canavero.

Dr Sergio Canavero yang kini dijuluki "Dr. Frankestein"

Ia menguraikan skenario hipotetis, di mana donor adalah orang yang menglami mati otak. Dia mengatakan, penerimanya bisa siapa saja yang berada dalam kondisi terminal, karena kanker atau apa pun yang meninggalkan otaknya dalam kondisi utuh.

Untuk transplantasi kepala, dua operasi harus dilakukan di ruang yang sama, di mana kedua tali tulang belakang akan terputus secara bersamaan untuk kemudian segera disambungkan, direkatkan dengan zat yang disebut polyethylene glycol, atau PEG.


Sejak 1950
Sebenarnya transplantasi kepala bukanlah hal baru. Menurut catatan, pertama kali terjadi pada tahun 1950 ketika seorang Dokter Rusia mencoba tranplantasi kepala anjing. 

Di tahun 1970, Robert White, dari Case Western Reserve University (CWRU), menguji-coba pada monyet. Binatang itu bisa bertahan hidup dengan tubuh baru selama 8 hari. Kelemahannya, kepala monyet yang baru tidak memiliki kontrol atas tubuh saraf baru.

Transplantasi kepala termasuk menyambung kembali jutaan saraf


Berbagai upaya perbaikan terjai bertahun-tahun kemudian.  Percobaan transplantasi pada tikus bisa mengontrol saraf kandung kemih dan diafragma. Dua bahan kimia chondroitinase dan FGF digunakan untuk memberikan insentif proses rekoneksi. Selain itu, PEG pencahar (polyethylene glycol), dan bahkan melatonin juga dipakai dalam membantu regenerasi saraf.

Kembali pada hasil percobaan Canavero di Italia, berbagai kemajuan telah dicapai. Penyambungan kepala di tahun-tahun mendatang bukan hal yang mustahil. Namun, kendala terbesar adalah kesiapan masyarakat pada terobosan revolusioner ini. 

"Masalahnya adalah bukan terkait dengan hal-hal teknis, tapi etis," ungkap Canavero dilansir ] ABCNews.com. Lebih jauh, menurut sang dokter hasil operasi akan menciptakan sebuah 'chimera', makhluk mitologis, dan bertabrakan dengan isu-isu etika yang kompleks -- misalnya, pasien akan menurunkan sifat genetiknya atau genetik donor. 

Ketika kloning pada manusia masih terus diperdebatkan di banyak negara, bagaimana dengan ilmu rawa rontek modern ini?
Continue Reading | komentar

Alasan Ilmiah Manusia Melihat Cahaya Menjelang Ajal


Saat menjelang kematian - bahkan mati suri, banyak orang melaporkan seperti melihat cahaya terang. Pengalaman ini menimbulkan pertanyaan di benak ilmuwan, apa penyebabnya?

Dalam studi terbaru, seperti diberitakan BBC, Selasa (13/8/2013), ilmuwan mengungkapkan bahwa cahaya terang yang dilihat saat mendekati kematian (disebut NDE: Near Death Experience) mungkin saja dipicu oleh lonjakan aktivitas elektrik pada zona otak yang bertanggung jawab untuk penglihatan.

 
livescience.com
 
 
"Banyak orang mengira otak tidak aktif atau ada dalam aktivitas rendah (hipoaktif) setelah seseorang dinyatakan meninggal secara medis. Kami menunjukkan jika bukan hal tersebut yang terjadi," ujar Dr Jimo Borjigin dari University of Michigan yang menjadi penulis utama studi ini.

"Justru, maka otak menjadi lebih aktif saat menjelang kematian daripada ketika seseorang masih hidup," tambah Borjigin  yang memublikasikan hasil penelitiannya di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences.



Metode Penelitian
Borjigin dan rekannya memonitor aktivitas otak sembilan ekor tikus yang sekarat. Tiga puluh detik setelah jantung berhenti berdetak, gelombang otak frekuensi tinggi yang disebut osilasi gamma ternyata melonjak.

Gelombang tersebut adalah salah satu dari fitur saraf yang diduga mendukung dengan kesadaran pada manusia, terutama saat berperan menggabungkan informasi dari bagian otak yang berbeda. Pada tikus, aktivitas otak ini justru lebih tinggi sesaat setelah jantung berhenti daripada saat sadar.
 
 
consciouslifenews.com
 
Menurut Borjigin, hal yang sama mungkin juga terjadi pada manusia. Peningkatan aktivitas otak dan kesadaran bisa memicu penglihatan-penglihatan saat menjelang kematian atau ketika mengalami mati suri.

"Ini dapat memberikan kerangka untuk membantu menjelaskan (pengalaman melihat cahaya saat mendekati kematian). Fakta bahwa seseorang melihat cahaya sebelum meninggal mengindikasikan bahwa korteks visual dalam otak memiliki aktivitas yang tinggi," kata Borjigin.



Perayaan terakhir
Menanggapi hasil riset ini, Jason Braithwaite dari University of Birmingham berpendapat bahwa fenomena ini semacam "perayaan terakhir" yang dilakukan oleh otak. Temuan ini mendemonstrasikan pendapat yang diyakini sejak lama, yakni dalam kondisi tak biasa, aktivitas otak bisa melonjak.

Dr Chris Chambers dari Cardiff University menyatakan, masih sangat sedikit yang diketahui tentang kematian pada manusia. Temuan menarik ini dapat membuka pintu untuk studi lebih jauh pada manusia sendiri.

"Namun kita juga harus sangat berhati-hati sebelum menarik kesimpulan tentang pengalaman mendekati kematian pada manusia. Perlu dilakukan pengukuran aktivitas otak pada tikus selama proses jantungnya berhenti berdetak untuk mengetahui hubungan dengan pengalaman pada manusia," tambahnya.
Continue Reading | komentar

Mind Meld - Mesin Pengendali Pikiran yang Jadi Kenyataan


Ingat serial TV atau film Star Trek? Dalam salah satu sinema fiksi ilmiah terbaik itu, Spock, salah satu tokohnya, mendemonstrasikan mind meld atau peleburan pikiran. Lewat peleburan pikiran, Spock berbagi pemikiran, pengalaman, dan ingatan, tanpa kontak.

Selama bertahun-tahun, manusia menganggap bahwa peleburan pikiran tersebut hanya fantasi belaka. Namun, riset terbaru oleh peneliti dari University of Washington menunjukkan bahwa peleburan pikiran tersebut bisa menjadi kenyataan.
 

Dua peneliti asal University of Washington, Rajesh Rao dan Andrea Stocco, mendemonstrasikan peleburan pikiran antar-manusia untuk pertama kali. Sebelumnya, peleburan pikiran pernah didemonstrasikan antar-tikus serta antara manusia dan tikus.

Dalam eksperimen yang dilakukan pada 12 Agustus 2013 lalu, Rao berhasil mengendalikan pikiran Stocco, tanpa kontak apa pun, tanpa bahasa apa pun, dan dari jarak jauh. Rao berhasil membuat Stocco menjalankan perintah yang tidak terkatakan, tetapi hanya ada di pikiran.

Untuk melakukannya, dua peneliti menggunakan beberapa perangkat, yakni electroenchepalograph (EEG) yang biasa digunakan kalangan kedokteran untuk merekam aktivitas otak, komputer, transcranial magnetic stimulation (TMS) untuk memicu gerakan motorik berdasarkan sinyal yang diterima, serta koneksi internet.

Rao melihat layar komputer dan memainkan video game dalam pikirannya. Di tengah permainan, ia berpikir bahwa ia sedang menembakkan meriam. Ia membayangkan bahwa ia menggerakkan tangan kanannya untuk mengarahkan kursor komputer ke tombol "fire".
 

Pikiran Rao ini direkam oleh perangkat EEG dan akhirnya diubah oleh komputer. Dengan bantuan koneksi internet, pikiran atau pesan Rao dikirim ke komputer Stocco. Pesan itu lalu diterima perangkat TMS yang dikenakan oleh Stocco.

Segera setelah pesan diterima, Stocco menggerakkan tangan kanannya secara tak sadar, seolah-olah menekan tombol "fire" untuk menembakkan meriam. Gerakan tangan tak sadar Stocco menunjukkan bahwa pengendalian pikiran yang dilakukan Stocco dan Rao berhasil.

Berkomentar tentang keberhasilannya, Rao seperti dikutip Reuters, Selasa (27/8/2013), mengatakan, "Sangat mengagumkan sekaligus ngeri, membayangkan aksi yang ada di pikiran saya diterjemahkan menjadi aksi nyata oleh otak orang lain."

Keberhasilan ini punya beberapa manfaat yang bisa dibayangkan. Misalnya, di masa depan, teknologi ini bisa membantu orang yang mengalami paralisis. Namun, jangan dibayangkan bahwa dengan teknologi ini seseorang bisa mengendalikan pikiran orang lain seenaknya.
Continue Reading | komentar

fans page

twitter

 
EMCEYE Copyright © 2012. TEKCOMJAR™ - All Rights Reserved
Template Modify by maneduli.com Inspired EMCEYE.Inc
Proudly powered by Blogger